Kamis, 05 Juni 2014

Naga Naga Sakti


Disebuah kerjaan, karena kesibukan sang raja memerintah, permaisurilah yang menemani dan sangat memanjakan sang pangeran. Pangeran tumbuh menjadi pemuda yang sombong, egois, kurang sopan santun dan malas belajar. Raja sangat sedih memikirkan sikap pangeran muda. Bagaimana nasib negeri ini nantinya?

Setelah berbincang dengan permaisuri, raja pun bertitah :"Anakku, tahta kerajaan akan ayah serahkan kepadamu, tetapi dengan syarat engkau harus tinggal dan belajar selama 1 tahun di atas bukit bersama seorang guru yang telah ayah pilih. Bila engkau gagal, maka tahta kerajaan akan ayah serahkan kepada orang lain". Pangeran serta merta menyanggupi persyaratan itu.

Dalam hati ia berkata, "Apalah artinya penderitaan 1 tahun dibandingkan kelak sebagai raja, aku bisa hidup mewah dan bersenang-senang seumur hidupku!". Setibanya di kediaman sang guru, tingkah laku pangeran tetap sombong, menyebalkan dan tidak sopan. Dia merasa sebagai pangeran, semua orang harus menuruti kemauannya. Setiap kali guru bertanya, pangeran menjawab semuanya. Setiap kali gurunya menerangkan pelajara, pangeran tidak mendengarkan dia merasa sudah tau semua.

Tidak terasa haripun berganti minggu!

Sang guru berpikir keras tentang cara untuk memberi pelajaran kepada pangeran yang sombong dan sok pintar itu.

Suatu hari, sang guru menyeduh teh dan menuangkan ke cangkir pangeran. Air teh dituang terus dan terus hingga tumpah kemana-mana sehingga mengenai tangan sang pangeran. Pangeran berteriak marah, "Hai, bodoh sekali!! Menuang teh saja tidak becus!! Cangkir sudah penuh kenapa masih dituang terus? Air mendidih, lagi!!”. Dengan tersenyum sang guru berkata tegas, “Beruntung hanya tangan pangeran yang terkena percikan teh panas. Sebagai seorang pangeran, calon raja dan suri tauladan bagi rakyatnya, tidak sepantasnya berkata tidak sopan seperti itu, lebih-lebih kepada gurunya sehingga sepantasnya mulut pangeran yang harus dituang teh panas ini.

Aku sengaja menuang terus cangkir yang telah terisi penuh karena ingin mengajarkan kepada yang Mulia bahwa cangkir teh diumpamakan sama seperti otak manusia. Bila telah terisi penuh maka tidak mungkin diisi lagi. Karenanya kosongkan dulu cangkirmu, kosongkan pikiranmu, agar bisa diisi hal-hal baru yang positif. Hanya bekal ini yang ingin guru sampaikan. Bila pangeran tidak berkenan, silahkan pergi dari sini”. Mendengar perkataan sang gurunya yang tegas, pangeran seketika tertunduk malu. Peristiwa itu menyadarkan pangeran untuk mengubah sikapnya dan menerima pelajaran dari gurunya. Tentu saja perubahan sikap ini membuat raja sangat gembira.

Dan pada suatu hari putri dari sang guru pulang dari negeri sebrang. Pangeran pun jatuh cinta dan ingin meminang sang putri untuk menjadi permaisurinya kelak, Tapi putri sang guru itu tidak mudah ditaklukan hatinya. Akhirnya pangeranpun mencari cara untuk memikat hati sang putri, segala cara ia lakukan agar putri sang guru tertarik padanya.

Pada suatu hari pangeran mengadakan pesta topeng di kerajaannya, semua warga diundang tidak terkeculai putri sang guru. Sang guru pun mengajak putrinya ke pesta itu, tapi putri tidak tahu kalu itu pesta yang dibuat oleh pangeran. Setibanya di istana, pangeran mengajaknya untuk berdansa. Dengan sedikit canggung ia pun menerimanya, setelah berdansa bersama pangeran melepas topengnya. Dan seketika sang putri marah dan berlari keluar, pangeran pun mengejar sang putri yang berlari.

Pangeran bingung kenapa ia marah dan berlari saat tau yang berdansa dengannya adalah sang pangeran?

Keesokan harinya pangeran dan pengawalnya mendatangi rumah sang putri untuk bertemu. Ternyata sang putri merasa seperti dibohongi oleh pangeran dengan pesta itu. Putri tidak ingin menemui pangeran, ia berkata kepada ayahnya “saya akan menemui dan memaafkan pangeran, tetapi dengan satu syarat”. Sang guru pun bertanya “Syarat apa?”. “Syaratnya adalah pangeran harus bisa mengalahkan putri dalam pertandingan adu naga terbang”. Pangeran berfikir keras, dan akhirnya menerima tantangan dari sang putri.

Sang guru memutuskan bahwa pertandingan adu naga terbang diadakan satu minggu lagi.

Walau sebenarnya pangeran tidak ahli dalam menunggang naga, iya tetap menerima tantangan sang putri. Ia pun belajar dan terus berlatih agar naganya bisa bertarung dengan naga milik putri sang guru. Sampai di hari pertandingan itu, putri terlihat sangat antusias untuk mengalahkan pangeran. Pangeran pun memikirkan cara untuk menaklukan sang putri. Rakyat penduduk kerajaan menonton pertandingan seru antara pangeran dan putri. Mereka membuat taruhan untuk rakyat kerajaan, bagi siapa yang akan memenangkan pertandingan itu.

Pertandingan pun dimulai kedua naga saling menyemburkan api dari mulutnya, tidak satupun dari mereka terlihat mengalah. Sang putri terus menerus menunggang naganya dan menyerang pangeran sampai pangeran terjatuh, tetapi pangeran tetap tidak menyerah ia bangkit lagi dan menyerang naga putri.


Lalu pangeran pun bersiasat untuk memancing naga putri menuju hutan. Di hutan naga putri terus menyemburkan api dan membuat hutan terbakar. Asap dari kebakaran hutan menyebabkan naga sang putri tidak dapat melihat lawannya. Akhirnya putri mengendarai naganya ke atas awan yang sangat tinggi. Pangeran pun mengejarnya, pangeran memberikan serangan bertubi-tubi kepada naga putri. Dan sang putri pun terkena semburan api dari naga pangeran, putri terluka dan jatuh. Dengan cepat pangeran mengejar dan menangkap sang putri, dalam dekapannya sang putri berkata kepada pangeran “Kamu menang pangeran” sambil tersenyum. Dan tidak lama sang putri menghembuskan nafas terakhirnya!!!

0 komentar:

Posting Komentar